NusantaraInsight, Makassar — Surat Cinta untuk Suami, bukan hanya sekedar antologi cerita semata. Namun itu adalah curahan hati (curhat) yang disampaikan oleh ibu-ibu Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) melalui tulisan yang kemudian dibukukan.
Hal ini terungkap pada gelaran peringatan Maulid yang dirangkaikan dengan peluncuran dan diskusi buku “Surat Cinta untuk Suami” di Jalan Dg Tata III, Lorong Dg. Jakking, Parangtambung, Kota Makassar, Kamis (28/9/2023).
Buku setebal 129 halaman yang diterbitkan Tallasa Media ini, berisi surat cinta yang ditulis 24 emak-emak binaan K-Apel.
Founder K-Apel, Rahman Rumaday, menceritakan, memang meminta ibu-ibu binaan K-Apel mencurahkan isi hatinya kepada suami masing-masing melalui surat.
Awalnya, beberapa binaan K-Apel mengaku kesulitan. Namun, dengan dorongan motivasi, akhirnya terkumpul 24 surat.
Menurutnya lagi, bahwa urutan tulisan dalam buku, merupakan urutan penyetoran oleh ibu-ibu. Tulisan yang sampai ke Rahman belum selesai
Ia masih harus bekerja keras mengedit dan merapikan surat-surat ini sebelum disatukan dalam sebuah buku.
“Semua cerita dalam buku ini murni suara hati penulisnya. Saya hanya mengedit satu atau dua kalimat yang menurut saya tidak perlu dipublikasikan,” katanya.
Ia melanjutkan bahwa dalam buku yang dituliskan ibu-ibu ini, itu murni curahan hati mereka, mulai dari rasa rindu yang dalam yang tertuang dalam Suamiku Bukan Bang Toyib, atau doa seperti surat berjudul Ku Titipkan Rinduku Lewat Doa ataupun Surat tak sampai seperti judul Misteri Surat Cinta mu.
“Ini adalah murni curahan hati ibu-ibu,” imbuh pria berkacamata tebal ini.
Ia menambahkan, kegiatan kreatif menulis cerita bagi anggota binaan K-Apel yang kemudian jadi buku “Surat Cinta Untuk Suami” ini, bukanlah yang pertama.
Pada masa pandemi Covid 19, ibu-ibu binaan K-Apel mendapat tugas menulis cara mereka mengelola keuangan di masa sulit itu.
“Bukan hanya ibu-ibu, anak-anak juga diharuskan menulis cerita ketika ikut tur wisata maupun tur sejarah,” katanya.
Namun, ketika itu tulisan mereka tidak dibukukan seperti surat-surat cinta ini.
Tiga narasumber pada diskusi ini, Muhammad Amir Jaya (penulis buku), Wahidah Eka Putri, SKG (pemerhati perempuan kreatif), Dr Sri Gusty ST, MT (akademisi) dan diskusi buku dipandu Arwan D Awing, SE (Pemimpin Redaksi BugisPos.com).

Prof Kembong Daeng yang hadir sebagai tamu kehormatan menyatakan salut pada penulis buku ini.
Sebab, di tengah aktivitasnya mengurus rumah tangga, mereka masih mampu meluangkan waktu untuk menulis.