Oleh: Muh. Assyiri (Pengajar Kampus Lorong)
NusantaraInsight, Makassar — Ini adalah kali kedua saya turut berpartisipasi berbagi ilmu dengan Komunitas Anak Pelangi. Hal yang membuat saya begitu termotivasi menjadi bagian dari tim pengajar di kampus lorong ini adalah keinginan saya dalam hal melestarikan kearifan lokal di Sulawesi Selatan, khususnya bahasa Makassar. Seperti yang kita ketahui, penutur bahasa Makassar saat ini semakin berkurung, terutama penggunaan bahasa Makassar di daerah perkotaan. Penutur bahasa Makassar ini, hanya di dominasi oleh kalangan tua, sedangkan generasi muda saat ini hanya beberapa saja yang masih fasih bahkan tidak fasih sama sekali ketika berbahasa Makassar.
Berbekal dengan tekad dan semangat yang saya miliki, selaku pengajar di salah satu Sekolah Negeri di Maros tepatnya di SMPN 6 Moncongloe, berharap dengan apa yang saya lakukan ini bisa memberikan sumbangsih saya dalam pelestarian bahasa daerah dikalangan generasi muda. Dimulai dari hal yang kecil, kemudian menjadi sesuatu yang memiliki efek yang besar. Hal itu yang selalu saya tanamkan dalam diri saya bahwa setiap hal baik yang kita lakukan, nantinya bakal balik kembali dalam diri kita sendiri.
Pada kesempatan kali ini, saya berbagi ilmu kepada anak-anak komunitas anak pelangi dengan mengajarkan mereka apa saja huruf vokal dan konsonan dalam bahasa Makassar. Kemudian nantinya anak-anak setelah menuliskan huruf vokal bahasa Makassar tersebut, anak-anak akan merangkainya menjadi sebuah kalimat berbahasa Makassar. Sesuatu yang mungkin tidak mereka dapatkan, dalam hal ini pelajaran bahasa Makassar di Sekolahnya. Seperti yang kita ketahui, saat ini pelajaran bahasa Makassar hanya beberapa Sekolah saja yang masih menerapkannya bahkan tidak sama sekali. Terkadang, Guru yang menerapkan pelajaran bahasa Makassar bukanlah Guru yang memeliki kaulifikasi yang berlatar belakang Guru Pendidikan Bahasa Daerah. Sehingga, materi yang diberikan kepada anak-anak di Sekolah terkesan ala kadarnya. Sebagai contoh pengalaman yang saya temui kepada anak-anak yang belajar bahasa daerah di Sekolah. Mereka hanya diberikan materi sekadar membaca dan menuliskan huruf lontarak saja. Tidak seperti yang saya lakukan disini. Adapun saya selaku Guru bahasa Daerah di Sekolah mencoba memodifikasi mata pelajaran bahasa daerah ini menjadi kekinian (moderen). Salah satunya seperti yang saya lakukan bersama komunitas anak pelangi ini.
Bersyukur sekali, pengalamn dan ilmu yang saya berikan di komunitas anak pelangi ini bisa dipahami dan diterima dengan antusias. Sebuah energi baru bagi saya selaku pengajar bahasa daerah melihat dan merasakan respon anak-anak disini. Kedepannya saya masih akan memberikan materi-materi menarik lannya mengenai pelajaran bahasa daerah, tentunya terus berusaha me-moderenkan pelajaran bahasa daerah ini agar bisa disukai oleh generasi mudah.