Forum Dosen dan SATUPENA Sulawesi Selatan Kolaborasi Lewat “Puisi untuk Negeri”

Dr Sumarlin Rengko, dosen Sastra Daerah pada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, memberikan pandangannya dari kajian sosiolinguistik dan linguistik. Disampaikan, beragam alat peraga kampanye (APK), seperti baliho, poster, kaos, kalender, kartu nama dan juga aplikasi media sosial, merupakan data fenomena bahasa yang unik.

Sumarlin Rengko, yang tergabung dalam Himpunan Pelestari Bahasa Daerah (HPBD) Sulawesi Selatan, mengemukakan bahwa APK dapat menjadi media pemberitaan Bahasa Daerah. Karena di dalam teks-teks APK tersebut banyak ditemukan campur kode dan alih kode Bahasa Makassar. Dari APK yang dipasang, tercermin pula kesantunan berbahasa dari para politisi. Teks-teks bahasa ini bisa menjadi media pengajaran bahasa yang menarik, jika dikelola dalam inovasi pengajaran berbasis konteks.

“Pemakaian bahasa yang santun banyak ditemukan, misalnya pemakaian khas bahasa Makassar; seperti Daeng, Ikatte, Paraikatte, Kukarannuang dll,” terangnya.

Diskusi Forum Dosen yang dibuka pimpinan Tribun Timur, Ronald Ngantung, ini dihadiri sejumlah akademisi secara offline, antara lain Prof Firdaus Muhammad, Dr Rahmat Muhammad, Dr Idham Khalid, dan Dr Amir Muhiddin.
Secara daring, juga hadir Prof Sofyan Salam, membacakan pantun yang segar dan menggelitik. Dr Aswar Hasan dan Dr Muh Iqbal Latief, ikut pula menyampaikan pandangannya, termasuk Zulkarnain Hamson, dosen Universitas Indonesia Timur (UIT) dan pengurus SATUPENA Sulawesi Selatan.

BACA JUGA:  Ranting Muhammadiyah Kassi Cabang Manggala Kota Makassar Gelar Syawalan

Lewat zoom meeting, hadir pula antara lain Prof Sukardi Weda, Anil Hukma, Asnawin Amiruddin, dan Moh Muttaqin Azikin.

Prof HA Muin Fahmal, Guru Besar Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, mengatakan dalam konteks sejarah, seniman itu merupakan salah satu pilar kemerdekaan. Diskusi ini memang dimaksudkan sebagai wadah untuk mengingatkan pentingnya pemilu damai dan berkualitas.

Di penghujung acara Adi Suryadi Culla membacakan puisi karyanya, “Pesan Politik Sang Guru”. Rusdin Tompo, selaku moderator, menutup acara dengan puisinya, “Rindu Pemimpin”. (*)