Andi Anugerah Tenri Esa, Lurah Tanpa Surat Resmi

NusantaraInsight, Makassar — Minggu malam itu, pada 4 Agustus 2024, suasana Lorong Daeng Jakking terasa berbeda. Pukul 20.00 WITA, Lurah Parang Tambung, Andi Anugerah Tenri Esa, datang berkunjung di Lor. Kunjungan tersebut bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga untuk mengecek progres pengerjaan paving blok di lorong tersebut. Kehadiran Lurah Andi Anugerah disambut hangat oleh warga setempat, yang sangat mengapresiasi kepeduliannya terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat.

Rahman R, salah seorang warga Parang Tambung, memberikan kesaksiannya tentang sosok Lurah Andi Anugerah Tenri Esa.

“Saya baru ketemu seorang sosok lurah yang sangat merakyat, tidak terikat oleh jam kerja tradisional dalam melayani warganya. Ia selalu siap sedia kapan saja dibutuhkan. Saya yakin dan percaya bahwa siapa saja pasti merindukan seorang pemimpin seperti Ibu Lurah Andi Anugerah Tenri Esa. Saya menyebutnya ‘Lurah tanpa surat resmi’, kalau ada acara biar lewat chat WA tanpa A, B, C langsung datang,” kata Rahman dengan antusias.

Dalam kunjungan tersebut, Lurah Andi Anugerah memeriksa kondisi paving blok yang sedang dikerjakan di Lorong Daeng Jakking. Ia memastikan bahwa pengerjaan ini berjalan sesuai rencana dan tepat waktu. “Proyek paving blok ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas infrastruktur lorong, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung,” ujar Lurah Andi Anugerah sambil meninjau hasil kerja yang sedang berlangsung.

BACA JUGA:  Muhammadiyah Manggala Gelar Rapim Rutin

Perilaku Lurah Andi Anugerah Tenri Esa yang selalu turun langsung ke lapangan mengingatkan saya pada sebuah kisah legendaris Khalifah Umar bin Khattab. 1,400 tahun yang lalu, Khalifah Umar sering mengelilingi wilayahnya bersama asistennya yang bernama Aslam, untuk memastikan apakah ada warga yang belum terlayani oleh pemerintah?. Kisah ini menceritakan betapa Umar Bin Khattab, pada suatu malam, mengajak Aslam melakukan ronda keliling kota. Ketika itu, Umar menemui seorang ibu yang memasak batu untuk mengelabui anak-anaknya yang menangis karena kelaparan dengan cara itu sang ibu bisa menenangkan anak-anaknya. Umar segera kembali ke Baitul Mal dan mengambil bahan makanan yang diperlukan ibu dan anak-anaknya.

Sang khalifah memikul sendiri dan membawa bahan makanan tersebut kepada keluarga tersebut tanpa bantuan asistennya Aslam. Umar kemudian masuk ke dalam rumah si ibu dan anak-anaknya itu dan membantu sang ibu memasak untuk anak-anaknya. Makanan tersebut kemudian diberikan kepada anak-anak hingga mereka tak lagi merasa lapar. Kisah ini terus melegenda sebagai contoh kepemimpinan yang penuh dengan dedikasi dan perhatian langsung kepada rakyat.