Melalui tulisan-tulisannya inilah Ki Hadjar Dewantara banyak melontarkan kritikan-kritikan seputar sosial, politik, dan pendidikan kaum bumiputra kepada penjajah.
Hal itulah yang membuatnya diasingkan ke Belanda. Selama masa pengasingan, ia pun tetap aktif menulis bahkan sering tenaganya dipinjam untuk menulis di koran/mingguan Belanda.
Sekembalinya ke Tanah Air, profesi jurnalistik pun ditinggalkan. Ia kemudian memilih berkecimpung di bidang pendidikan dengan mendirikan Pergerakan Pendidikan Taman Siswa (Nationaal Onderwijs Taman Siswa).
Setelah Indonesia merdeka, Ia pun diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1950. Atas jasa-jasanya, ia juga mendapatkan banyak penghargaan seperti gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada (1959) dan diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1959.
Ki Hadjar Dewantara wafat pada 26 April 1959. Ia dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Barata, Yogyakarta.