3. Korban dan Infrastruktur Medis
Sejak 7 Oktober 2023 hingga 16 Juli 2025, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 58.500 tewas, termasuk sekitar 17.900 anak-anak dan 9.500 perempuan Banyak fasilitas medis dan pekerja bantuan turut menjadi sasaran serangan—483 petugas kemanusiaan tewas, termasuk 326 staf PBB .
4. Warga Sipil Terlantar
Lebih dari 737.000 orang mengalami pengungsian baru antara 18 Maret–15 Juli, dan sekarang 86–90% wilayah Gaza masuk zona militer atau sudah dinyatakan tak aman Infrastruktur seperti sanitasi, air, dan listrik hancur, memicu krisis kesehatan tambahan termasuk penyakit menular dan banjir .
5. Tekanan Internasional
Setidaknya 25 negara, termasuk anggota UE, Kanada, Australia, dan Jepang, telah menyerukan gencatan segera, mengecam kemanusiaan yang semakin memburuk dan distribusi bantuan yang tidak memadai .
Sementara itu, Israel membalas kritik tersebut, menyebutnya “lepas dari realitas” dan menyatakan Hamas sebagai pihak utama yang bertanggung jawab atas berlanjutnya konflik.
Kondisi ini menyebabkan Situasi Kemanusiaan di Titik Terendah karena Jutaan orang kini berada dalam kondisi tanpa akses ke air bersih, listrik, layanan medis, dan makanan. Dan parahnya lagi distribusi bantuan terhenti .
Amnesty International menyebut kondisi kelaparan di Gaza sebagai “senjata perang”, menunjukkan bukti intensifnya penggunaan kelaparan sebagai alat militer .
Kekuatiran paling mengerikan lagi adanya rencana besar seperti “Humanitarian Transit Areas” oleh Foundation berbasis AS memicu kekhawatiran akan relokasi paksa dan pelanggaran hukum internasional .