Antropolog Jerman Teliti Kuntilanak

Dulunya, daerah itu masih rawa-rawa dan hutan lebat. Kemudian ada yang mengklaim bahwa nama ‘Pontianak’ berasal dari bahasa Melayu po(ho)n ti(nggi), yang berarti ‘pohon tinggi’.

Oleh karena itu, di kemudian hari muncul narasi kuntilanak yang sering dihubungkan dengan pohon tinggi di pedesaan Kalimantan Barat.

“Artikel ini membahas hantu Kuntilanak/Pontianak, sejenis vampir yang tidak hanya menghantui ingatan kolektif orang-orang di ranah Melayu, tetapi juga berperan penting bagi kota Pontianak (ibu kota provinsi Kalimantan Barat di Indonesia) sebagai roh pengusir yang menghantui, menakutkan, dan tidak ada,” tulis Timo dalam jurnalnya.

Timo juga mengemukakan, bahwa narasi tentang kuntilanak adalah mitos dan modus ‘pencerahan dalam arti luas’, yaitu sebagai ‘kemajuan pemikiran’.

Tujuannya adalah untuk membebaskan manusia dan menempatkan mereka sebagai penguasa. Menurut Timo, narasi kuntilanak adalah konstitutif bagi konsepsi diri kemelayuan modern sebagai identitas Islam yang beradab, sebagai masyarakat madani.

“Dengan demikian, konsep ini kontras dengan alam pedalaman Kalimantan yang liar dan menakutkan. Bukan hanya konsep diri kemelayuan di Pontianak, tetapi juga masyarakat modern dan maju di negara Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada umumnya,” terangnya.

BACA JUGA:  Update Longsor Toraja: 18 Meninggal, Pj Gubernur Perintahkan Gerakkan Semua Potensi Bantuan dan Evakuasi

Meski begitu, Timo menekankan bahwa persepsi mitos ini ada konsekuensinya. Sebab, kuntilanak telah mewujudkan dan mempertahankan dimensi traumatis dari masyarakat lain.

Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan masyarakat modern dan narasi modern, Timo berpendapat bahwa faktor-faktor seperti agama dan animisme tidak boleh dianggap sebagai kebalikan dari modernitas atau ontologi modern/Barat

Sementara itu riset sejarawan Nadya Karima Melati berjudul “Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme”(2022) mencoba menjawab pertanyaan roh identik dengan seram dan wanita. Dia menjelaskan pandangan seram karena adanya agama monotesime yang menolak adanya sosok spiritual selain Tuhan dan pandangan roh bergeser menjadi hantu atau monster.

“Agama monoteisme diperkenalkan bersamaan dengan patriarki. Mereka memperkenalkan konsep ketuhanan yang maskulin, menggeser kemudian menghancurkan kepercayaan lokal yang berhubungan dengan roh dan alam,” tulisnya.

Perubahan pandangan itu juga selaras dengan hantu yang merujuk pada sosok perempuan. Karena dekatnya perempuan dengan kematian seperti kelahiran.