Obituari Verdy Rahman Baso Wartawan yang Sastrawan & Penyanyi

Verdy Rahman Baso
Verdy Rahman Baso

Pria yang senang memelihara ikan ini, mengisahkan, pernyataan politik pemerintah, terutama Presiden Soekarno, selalu menjadi perhatian Pak Siala. Berita-berita seperti itu porsinya di halaman depan.

Suatu pagi, Pak Siala mampir di kantor.
‘’Verdy, saya ke Takalar. Siang baru kembali. Bung Karno akan berpidato di Bandung pagi ini. Kalau sudah disempurnakan, beritanya simpan di meja saya,’’ katanya sembari menyodorkan sebungkus rokok Escort.
Sepeninggal Pak Siala, Verdy memutar radio. Berita Bung Karno di Bandung menguasai siaran. Dengan saksama Verdy ikuti seluruh berita menyangkut sang Pemimpin Besar Revolusi itu.

Berita telegram Antara yang Verdy jemput siang itu memang dimonopoli Bung Karno. Kebetulan telegramnya banyak yang rusak, putus-putus. Mungkin cuaca tidak mendukung.

Tetapi, tidak sulit menyempurnakannya. Verdy sudah mengetahuinya lebih dulu setelah mendengar melalui radio.

Begitu Pak Siala tiba di kantor siang itu, perhatian utamanya adalah berita yang Verdy sempurnakan. Beliau serius membacanya sampai habis dua folio. Ia kemudian menoleh ke Verdy.

‘’Mana kawatnya?,’’ tanya Pak Siala.
Verdy bangkit dari kursi dan membawakan telegram Antara. Pak Siala membacanya berulang-ulang.
‘’Duduk,’’ kata Pak Siala.
Verdy duduk. Hatinya galau. Pasti ada yang tidak beres dengan berita yang sudah dia buat.
‘’Apakah saya membuat kesalahan’’ guman Verdy gelisah.
‘’Siapa yang bantu Verdy menyempurnakan kawat rusak ini?,’’ tanya dia dengan serius. Retinanya memandang tajam.
‘’Tidak ada, Pak. Kebetulan saya dengar siaran RRI tadi,’’ jawab Verdy dengan suara rendah.
Pak Siala menatap Verdy lagi. Lalu, bersandar di kursi putarnya. Tiba-tiba ia mengeluarkan kalimat yang membuat Verdy terpana.
‘’Verdy, mau jadi wartawan?’’
Verdy tak mampu segera menjawab. Batinnya mencoba menyaring makna pertanyaan itu. Apakah benar atau serius. Verdy seperti tidak percaya pada pendengarannya sendiri. Masa sih, orang yang hanya punya pengetahuan jurnalistik nol besar ditawari menjadi wartawan? Apakah Pak Siala tidak keliru dan tidak salah pilih?

BACA JUGA:  Hilaluddin Muchsin Terpilih Jadi Ketua PRM Kassi Tengah Cabang Muhammadiyah Manggala Makassar

‘’Apakah saya dianggap sok tahu, atau memang saya akan diarahkan jadi wartawan,’’ Verdy membatin.

Dia hanya mampu tersenyum kecut dan tak kuasa menatap wajah Pak Siala.
‘’Panggil Tandak,’’ kata Pak Siala memecah suasana sepi sambil menyodorkan dua bungkus rokok Escort lagi.

Tandak yang dimaksud adalah karyawan yang khusus mengantar naskah siap-muat untuk di-set di percetakan. Verdy memanggil dia untuk menghadap pimpinan.

Tiga bulan setelah bertugas menyempurnakan berita-berita Antara, Pak Siala memanggil Verdy lagi.
‘’Verdy, hari ini masa percobaanmu sudah habis. Kamu akan saya arahkan jadi wartawan. Panggil Dg Ngunjung,’’ katanya tegas.