Literasi oleh Polri

NusantaraInsight, Makassar — Polri telah memiliki aplikasi PRESISI, yang merupakan kebutuhan akan sebuah sistem dalam menyatukan seluruh layanan data, memberikan kemudahan dalam layanan baru, serta mengintegrasikan layanan yang telah ada dan membuat standarisasi layanan dari hulu ke hilir. Layanan PRESISI memiliki kelebihan karena semua layanan Polri untuk masyarakat berada di satu aplikasi yang tinggal diklik di smartphone kita. Selain fitur-fitur layanan publik online, seperti SKCK, SIM, KTA Satpam, pajak kendaraan, dan izin keramaian, layanan PRESISI juga menyediakan fitur informasi tentang kepolisian untuk masyarakat umum (polri.go.id).

Layanan yang dapat dioptimalkan untuk kegiatan literasi, yakni Museum Polri (informasi tentang sejarah kepolisian RI), TV/Radio Polri (informasi kepolisian digital yang diselingi hiburan aktif), informasi lokasi-lokasi rawan, dan fitur berita/informasi terkini atau trending di masyarakat yang dapat memperluas wawasan. Semua aplikasi PRESISI ini dapat menjadi medium untuk literasi kepemiluan dan demokrasi guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menyukseskan pelaksanaan pilkada serentak 2024.

Literasi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam mengolah informasi secara kritis dan selektif untuk kecakapan hidup seseorang. Kecakapan hidup ini, merupakan kemampuan psikososial untuk berperilaku adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan tantangan sehari-hari secara efektif. Dalam ungkapan yang lebih lugas, seseorang yang literat akan bisa memilih, memilah, dan menyaring kualitas informasi yang diperoleh sebelum diteruskan atau dibagikan kepada orang lain. Ia punya filter sendiri sebagai jati dirinya. Sebagai masyarakat yang kritis dan cerdas, ia tidak akan menghasut, menyebarkan ujaran kebencian, dan hoaks atau kabar bohong terkait kandidat dan informasi terkait pilkada.

BACA JUGA:  Kualifikasi Piala Dunia Grup C Zona Asia: Indonesia Gagal Taklukkan Australia

Polri, dapat menggunakan pendekatan literasi untuk membangun kesadaran kritis warga. Tujuannya, agar warga menggunakan hak pilih mereka secara sadar dan bertanggung jawab, menggunakan hak partisipasi mereka sebagai warga negara dalam menjaga keamanan dan ketertiban, serta bersama-sama menjadi mata yang awas bagi pelaksanaan pilkada yang bersih dan jujur. Pendekatan literasi akan jauh lebih hemat dan sederhana, karena dapat dilakukan secara berjejaring tanpa perlu dukungan fasilitas dan infrastruktur yang ribet. Pendekatan ini juga bisa dilakukan kapan dan di mana saja, dengan menggunakan semua saluran yang ada, terutama jagat digital.