Sport  

Mantan Pelatih Vietnam Philippe Troussier Ternyata Mualaf, Mengubah Nama jadi Omar

Philippe Troussier
Philippe Troussier

Federasi Sepakbola Vietnam memutuskan memecat Philippe Troussier sebagai pelatih timnas negara itu.

NusantaraInsight, Hanoi — Pemicunya adalah rangkaian hasil negatif timnas Vietnam di tangan pelatih asal Perancis itu.

Puncaknya ketika timnas Vietnam kalah telak 0-3 lawan Indonesia di Kota Hanoi,Vietnam, Selasa (26/3/2024) malam WIB.

Beberapa jam setelah laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu, Federasi Sepakbola Vietnam resmi mengumumkan berakhirnya kerjasama dengan Troussier.

Jadi Mualaf

Sebelum menangani timnas Vietnam, pelatih berambut perak ini pernah melatih di beberapa negara.

Tapi, yang paling berkesan bahkan bersejarah bagi Troussier, mungkin ketika melatih di Maroko.

Sebab, di Maroko sang pelatih mendapat hidayah dan memutuskan menjadi mualaf tahun 2006 lalu.

Ketika tinggal di Maroko, Troussier juga belajar agama dan menilai Islam adalah satu-satunya agama yang benar.

Semakin banyak belajar tentang ajaran Islam, ia mengaku menemukan ketenangan.

Dikutip dari Muslim Obsession, setelah memeluk Islam, Troussier mengubah namanya menjadi Omar.

Sedangkan istri Troussier yang juga jadi mualaf, mengubah namanya dari Dominique menjadi Amina.

BACA JUGA:  Piala Asia U-20 Grup C Indonesia Gagal Imbangi Iran

Setelah menjadi mualaf, pria kelahiran Kota Paris, Perancis, 21 Maret 1955 ini tidak pernah mengumbar ke publik mengenai identitas barunya itu.

Bagi Troussier, agama atau keyakinan adalah hal pribadi, sehingga tidak perlu ditunjukkan ke publik.

Namun seiring perjalanan waktu, keputusan Troussier dan keluarga memeluk Islam akhirnya “bocor” ke publik.

Troussier dikenal luas oleh penggemar sepakbola Asia.
Pasalnya, ia pernah melatih timnas di beberapa negara Asia.
Troussier mencatat sejarah, membawa timnas Jepang ke babak 16 besar Piala Dunia 2002.

Itulah pertama kalinya Jepang maju ke babak 16 besar Piala Dunia.
Perkenalan Troussier dengan Islam ketika dia melatih di negara yang penduduknya mayoritas Muslim, seperti Qatar dan Maroko.

Selain di Asia, Troussier juga banyak berkiprah sebagai pelatih di kawasan Afrika.
Ia pernah jadi pelatih timnas Pantai Gading, Burkina Faso, dan Afrika Selatan.
Termasuk melatih timnas Maroko yang juga masuk konfederasi sepakbola Afrika.

Di Maroko pula Troussier menjadi mualaf.
Sebelum menjadi pelatih, Troussier pernah berkarier sebagai pemain.
Klub profesional pertamanya adalah tim Divisi 2 Prancis, Angoulême pada musim kompetesi 1976–77.
Setelah itu, ia bergabung dengan Red Star 93.
Kebersamaannya dengan Red Star 93 hanya singkat, kemudian pindah ke Rouen.
Setelah beberapa musim bersama Rouen, klub profesional terakhir Troussier adalah Stade de Reims hingga tahun 1983.
Setelah menghabiskan seluruh karir profesionalnya di kompetisi divisi 2, ia lalu mengambil lisensi kepelatihan. (*)