NusantaraInsight, Makassar — Tim mahasiswa Universitas Hasanuddin kembali menorehkan prestasi
membanggakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE).
Dalam riset berjudul “Modulasi Jalur Dopaminergik dan GABAergik oleh Limonene dari Citrus sinensis sebagai Terapi Potensial ADHD berbasis Organisme Model Drosophila melanogaster”, tim ini berhasil mengungkap potensi senyawa alami dari jeruk manis sebagai terapi alternatif bagi penderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Penelitian yang diketuai oleh Nur Qadriani Ramadani Iqbal, bersama Alifa Iqramia, Dwi Resky Wulan Surayya, Muhammad Taqiyuddin Al Farras, dan Andi Azhiimah Muizzah Hamka, di bawah bimbingan dosen pendamping Prof. Firzan Nainu, S.Si., M.Biomed.Sc.,Ph.D., Apt. dari Fakultas Farmasi Unhas, menjadi langkah inovatif dalam pengembangan terapi berbasis bahan alam yang lebih aman dan ramah tubuh.
“Selama ini, obat-obatan stimulan seperti metilfenidat memang efektif, tetapi memiliki efek samping seperti insomnia dan gangguan suasana hati. Kami ingin mencari alternatif alami yang tidak hanya efektif, tapi juga lebih aman digunakan dalam jangka panjang,” ujar Nur Qadriani, ketua tim riset, Selasa (7/10/2025) kepada media.
Dalam penelitian ini, NeuroADHD menggunakan limonene, senyawa utama yang terdapat pada kulit jeruk manis (Citrus sinensis), untuk memodulasi sistem saraf otak, khususnya jalur dopaminergik dan GABAergik, dua jalur penting yang berperan dalam regulasi perilaku dan
emosi penderita ADHD.
Menariknya, pengujian dilakukan menggunakan organisme model Drosophila melanogaster atau lalat buah, yang dikenal memiliki kesamaan genetik hingga 85% dengan manusia.
Melalui berbagai uji in vivo, hasil riset menunjukkan bahwa limonene mampu menurunkan hiperaktivitas, meningkatkan daya tahan hidup, serta memperbaiki pola perilaku yang menyerupai gejala ADHD.
Selain itu, senyawa ini juga berpotensi mengatasi efek samping insomnia yang sering dialami penderita ADHD.
“Kami menemukan bahwa limonene membantu menyeimbangkan kadar
neurotransmiter seperti dopamin dan GABA, sehingga tidak hanya memperbaiki fokus tetapi juga mendukung kualitas tidur,” tambah Alifa Iqramia, salah satu anggota tim riset.
Riset ini juga memperkuat posisi Universitas Hasanuddin sebagai kampus yang aktif dalam riset berbasis bahan alam dan pengembangan ilmu kesehatan modern.
Dosen pembimbing menyampaikan bahwa pendekatan yang dilakukan mahasiswa Unhas ini merupakan inovasi penting untuk menjawab kebutuhan terapi ADHD yang lebih efisien dan minim efek samping.