Film “Marege; Awaiting Macassan” Satukan Keturunan Makassar – Australia di Sekret DKSS

NusantaraInsight, Makassar — Sabtu malam (20/9/2025), Sekretariat Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) di Jalan Malengkeri terasa seperti ruang perjumpaan sejarah. Pemutaran film “Marege; Awaiting Macassan” bukan sekadar tontonan, melainkan momentum yang mempertemukan keluarga keturunan Husein Daeng Rangka dari Makassar dan Australia, bahkan menghadirkan peneliti dari Afrika Selatan.

Film karya sutradara muda Ahmad Wildan Noumeiru ini mengangkat kisah Husein Daeng Rangka (1836–1916), nakhoda Makassar terakhir yang berlayar ke Arnhem Land, Australia, pada 1906. Setelah pelayaran itu, pemerintah Australia menutup akses bagi pelaut Makassar yang selama ratusan tahun datang mencari teripang.

Yang membuat pemutaran film ini istimewa adalah hadirnya Kaharuddin Dg. Lewa, keturunan Husein Daeng Rangka di Makassar, serta Nebbie Yunupingu dan David Yunupingu-Burarwanga, keturunan yang kini tinggal di Australia.

“Film ini saya buat sederhana, tapi tetap menyimpan makna besar tentang pertemuan dua bangsa,” kata Wildan.

Diskusi yang dipandu Risya Marrenu pengurus DKSS komite Sastra dan dosen di FIB Unhas setelah pemutaran menghadirkan Nurabdiansyah (Abi), akademisi seni rupa dan pendiri MAREGE Institute; Asia Ramli Prapanca, maestro teater Makassar yang meneliti interaksi Makassar–Aborigin; serta Wildan sendiri. Mereka menekankan pentingnya merawat ingatan sejarah. “Jejak pelaut Makassar besar sekali, tapi ironisnya justru lebih banyak dibicarakan di Australia ketimbang di tanah sendiri,” ujar Abi.

BACA JUGA:  Pameran Lukisan Bersama Komunitas Outsider Art JKT, "Yang Tak Sempat Terucap"

Asia Ramli menambahkan, hubungan Makassar–Yolngu tak hanya soal perdagangan, tapi juga cinta dan kekerabatan. “Bahasa mereka menyerap kata-kata Makassar, identitasnya bahkan hadir di kapal padewakang,” ungkapnya.

Ketua DKSS, Arifin Manggau, memberi apresiasi khusus. Ia pernah terlibat dalam pertunjukan kolaboratif The Eye of Marege bersama seniman Australia. “Film ini membuka pintu untuk melihat lebih luas lagi,” ujarnya.

Muhajir komite film mengungkapkan kegiatan ini menjadi pemantik awal bagi program komite film DKSS kedepan seperti bioskop keliling, namun bila diskusi dan screaning film malam ini bisa berpeluang menjadi agenda rutin di sekret dkss dan membuka peluang bagi sineas2 di sulawesi selatan untuk membahas karya-karya filmnya.

Malam itu, sejumlah seniman, budayawan, hingga legislator Makassar Andi Makmur Burhanuddin ikut hadir. Diskusi pun ditutup dengan rencana Komite Film DKSS menjadikan pemutaran semacam ini sebagai agenda rutin, bahkan melahirkan gagasan bioskop keliling.