NusantaraInsight, Gowa — Dalam upaya menjaga denyut kebudayaan di tengah arus modernitas, Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia menyelenggarakan Workshop Tradisi Lisan: Strategi Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan di Era Digital. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (22–24 Agustus 2025), di Saung Kampung Rewako, Desa Jenetallasa, Kabupaten Gowa, sebagai bagian dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) 2025 yang digagas oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX.
Workshop ini menghadirkan pelaku budaya, peneliti tradisi lisan, akademisi, serta generasi muda untuk bersama-sama menelisik kekayaan tradisi lisan dari berbagai daerah dan merancang strategi pelestariannya dengan pendekatan yang relevan di era digital. Suasana alami Saung Kampung Rewako menjadi ruang perjumpaan hangat antara masa lalu dan masa depan, di mana nilai-nilai luhur leluhur dituturkan kembali agar tetap hidup lintas generasi.
Ketua Yayasan Kebudayaan Aruna Ikatuo Indonesia, Sumarlin Rengko, mengungkapkan apresiasinya kepada BPK Wilayah XIX yang senantiasa mendampingi komunitas dalam pelestarian budaya. “BPK Wilayah XIX hadir bukan hanya sebagai pengawas kebijakan, melainkan sahabat yang menabur semangat dan menjaga agar warisan leluhur tetap menyala dalam dada generasi kini dan mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Indra Mayanti Noer, panitia sekaligus dosen Ilmu Pariwisata, menekankan pentingnya peran media dalam mendukung pemajuan kebudayaan.
Menurutnya, dukungan dari MakassarChannel dan NusantaraInsight sebagai mitra media menjadi jendela yang memperluas jangkauan kegiatan ini.
“Media hadir tidak hanya mengabarkan, tetapi juga membangun narasi hangat yang menjembatani warisan lokal menuju kesadaran kolektif nasional. Tradisi lisan harus tidak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan dan dimaknai sebagai bagian penting pendidikan karakter bangsa,” jelas Indra.
Dengan semangat kolaborasi antara komunitas budaya, akademisi, pemerintah, dan media, workshop ini diharapkan mampu memperkuat kesadaran kolektif untuk menjaga tradisi lisan agar tetap relevan dan berdaya hidup di tengah tantangan zaman.







br






