Catatan Perbicangan Buku “Permata Karya” Kembong Daeng

NusantaraInsight, Makassar — Kamis Subuh, pukul 03.54 Pak Rusdin Tompo – Koordinator Satupena Sulawesi Selatan mengirimi file ukuran jumbo ke ruang Whatsapp saya. File PDF 440-an halaman 5,9 Megabite. Berisi revisi atas tulisan bahan buku karya Kembong Daeng- sebuah novel auto biografi dengan judul “Permata Karya”

Baca Juga : Rektor Universitas Patompo Dorong Literasi Kampus

Inilah tugas yang dipercayakan kepada saya untuk membahasnya. Terbilang hanya kurang satu hari setengah, saya wajib ngebut membaca cepat tujuh bagian yang masing-masing memiliki sub bagian. Bagian isi buku ini ada 402 halaman.

Nah, bagaimana cara membaca dan mengapresiasinya. Apalagi, seorang sahabat senior sebelumnya telah mendesak minta dikirimi salinan file buku tersebut. Beliau pembaca cepat. Menyelesaikan bacaan super kilatnya kurang dari tiga perempat hari.
Salah satu dari deret pertanyaannya adalah apakah karya ini bisa disebut novel? Beliau cenderung menyebutnya sebagai Catatan Perjalanan Hidup yang berbentuk otobiografi penulis.

Baca Juga : SATUPENA Sulawesi Selatan Tandatangan MoU dengan Universitas Patompo dan FBS UNM

BACA JUGA:  Pameran Seni Van Gogh Alive di Jakarta

Menurutnya unsur-unsur penciptaan kreatif di dalam ceritanya jika ditilik sesuai konvensi sebuah novel maka dapat dikatakan “ kering”.
Saya sangat berterima kasih atas respon cepat sang sahabat, yang menurut saya selalu bersikap kritis dalam batasan objektif.

Selanjutnya saya terispirasi dari pertanyaan tersebut. Kalau mau diseut sebagai novel, apa saja tanda-tanda utamanya?

Novel di pahami sebagai karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan deskriptif dalam bentuk cerita. Novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella yang artinya kisah atau sepotong cerita. Orang yang menulis novel disebut novelis.

Baca Juga: Soft Launching Novel Autobiografi dan Wedding Anniversary 34th, Kembong Daeng : Ambil Hikmah dari Pesan Leluhur

Secara umum, novel adalah karangan prosa panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dalam novel umumnya dimulai dari peristiwa penting yang dialami tokoh cerita yang kelak mengubah nasib hidupnya.

Lalu, saya teringat pada model pendekatan Dr Asia Ramli- Ram Prapanca- Dosen di FSD UNM. Dua model pendekatan yang bisa dilakukan yakni unsur Intrinsik meliputi bahasan; Tema, Penokohan, Alur, Gaya Bahasa, Latar, Sudut Pandang dan Amanat. Sedang dari unsur ekstrinsik menilik bahasan tentang Biografi Si Pengarang, Situasi dan Kondisi, dan Nilai-nilai dalam cerita diantaranya nilai moral, sosial, budaya dan estetika.