NusantaraInsight, Bulukumba — Sanggar Seni Budaya Batugarumbing (SSB BATUGARUMBING) kembali menyelenggarakan Program Pendidikan Seni Inklusif (PIKSI) edisi kedua tahun 2025 berlokasi di Siring Bambu desa Bontonyeleng kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba.
Ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang dalam membentuk ekosistem kesenian yang kontekstual, sehat, dan berpijak pada nilai-nilai spiritual.
Dalam kegiatan yang menghadirkan beberapa narasumber kompeten dan professional; Thahirtalas (sastra), Theo Dg. Kulle (musik tradisional), dan beberapa narasumber/seniman lokal seperti Ahmad Shidiq Fathana (Teater Kampong) dan Putri Amelia Arif (SSB Batugarumbing).
PIKSI yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 12 -13 Juli 2025 di Aula kantor desa Bontonyeleng dan Siring Bambu, ini, juga menampilkan pemateri seni rupa dan peluang usaha berdampak diulas tuntas oleh perupa kontemporer terkemuka asal Makassar, A.H. Rimba, sebagai narasumber utama.
Dalam pemaparannya yang sarat refleksi filosofis dan kepekaan artistik, A.H. Rimba menguraikan bahwa seni, dalam bentuk dan medium apapun, pada dasarnya merupakan dampak — bukan sekadar ekspresi tunggal atau pencapaian estetis. Ia menekankan bahwa keberadaan karya seni tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, psikologis, dan spiritual yang melatarinya.
“Seni adalah resonansi dari sesuatu yang lebih dulu terjadi, ia adalah jejak dari pengalaman batin maupun kolektif,” tegasnya.
Lebih lanjut, Rimba menutup presentasinya dengan tiga pilar penting yang menurutnya wajib menjadi kerangka etis dalam berkesenian saat ini: Seni, Sehat, dan Spiritual.
Ketiga istilah tersebut, menurutnya, tidak dapat dipisahkan dan justru membentuk trinitas penting dalam membangun praktik kesenian yang berdaya guna sekaligus berdampak holistik bagi individu maupun masyarakat.
Kegiatan PIKSI #2 tahun ini tidak hanya menampilkan lokakarya dan diskusi panel, tetapi juga praktik langsung dalam bentuk residensi pendek, pembacaan portofolio seni oleh peserta, dan pameran kecil sebagai penutup.
Melibatkan para seniman muda dari berbagai latar belakang, PIKSI berperan sebagai ruang intergenerasional yang mendorong praktik lintas disiplin dan kolaborasi lintas budaya.
Ketua SSBBATUGARUMBING, Muh. Alif dermawan Menegaskan bahwa PIKSI 2 tidak sekadar sebagai ruang pelatihan teknis seni, melainkan laboratorium sosial budaya atau kesenian kemasyarakatan yang memprioritaskan nilai pendidikan kritis dan kedalaman proses.
“Kami berupaya menjadikan seni bukan sekadar produk, tapi medan dialektika antara nilai, karya, tubuh, dan dunia,” ujar Alif.