News  

Malino, Spathodea, dan Cerita Lainnya  

Oleh: Rusdin Tompo (Koordinator SATUPENA Sulawesi Selatan)

NusantaraInsight, Gowa — Ini kali pertama saya ke Malino mengendarai sepeda motor, dan sendiri pula. Semula, saya ragu ke lokasi yang berada di ketinggian 1.500 mdpl itu, yang jalannya berkelok dan berjarak sekira 90 kilometer dari Kota Makassar.

Namun, saya putuskan untuk memenuhi undangan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Sulawesi Selatan, setelah anak saya menawarkan sepeda motornya digunakan.

Sebagai Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan, saya akan hadiri Rakerda yang diadakan di Hotel Celebes Malino, bersama beberapa komunitas, sebagai peninjau, pada Sabtu, 28 Juni 2025.

Saya tidak punya bayangan, akan berapa lama berada di jalan. Patokan saya, hanya pada jadwal agenda Rakerda, yang akan dimulai pukul 10.00 wita. Maklum, saya tipe orang yang tidak bisa ngebut di jalan. Rata-rata kecepatan saya saat berkendara hanya 40 km/jam.

Karena merasa sudah agak telat start dari rumah maka saya berharap bisa tiba di kawasan wisata yang dijuluki Kota Bunga itu, sebelum makan siang. Biar bisa bergabung nanti dengan peserta Rakerda yang lain pada sesi diskusi.

BACA JUGA:  Burhan, S.Pd: PGRI Cabang Bantimurung Maros Tempuh Tiga Langkah Strategis Kembangkan Organisasi

Saat berangkat menuju ke Malino, saya mengambil rute Bili-Bili. Alasannya sederhana, jalan ini sudah saya hafal lika-likunya. Sebelumnya, sempat terpikir untuk mengambil jalur Pattallassang, tapi itu tidak saya lakukan. Saya belum punya bayangan lewat rute itu dengan membawa kendaraan sendiri.

Malino memang bukan tempat yang biasa saya kunjungi, walaupun ini destinasi wisata populer, layaknya kawasan Puncak di Bogor, atau Bandungan di Semarang.

Saya ke Malino pertama tahun 1989, ketika kegiatan bina akrab mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (UNHAS) angkatan 89.

Lalu naik lagi ke wilayah yang masuk Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa itu, saat ada konser musik, dengan artis Atiek CB, yang punya ciri kacamata hitam, cuma lupa persisnya tahun berapa.

Lama kemudian, baru saya kembali naik ke Malino, saat menghadiri acara penamatan dan perpisahan anak saya, Galang Nuraga Attar Nusantara, yang bersekolah di SD Negeri Sudirman III, Makassar, tahun 2012. Setelah menghadiri acara itu, kami ke Lembah Biru, dan menikmati dinginnya kolam renang di sana.

BACA JUGA:  Wali Kota Makassar dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PU Kunjungi TPA Antang

Di bulan Juli 2017, saya berkesempatan kembali naik ke Malino, saat Reuni 30 Tahun Fakultas Hukum UNHAS Angkatan 87.

Saya kebagian panitia, jadi pergi terlebih dahulu bersama Harun Ar Rasyid, mempersiapkan segala sesuatunya. Kami nginap di Villa Masagena, milik teman seangkatan kami, Prof. Suryaman Mustari Pide atau yang akrab disapa Riry.