NusantaraInsight, Makassar — Kami “komisi dalam ruangan” sudah siap-siap mau bubar ketika M.Asmin Amin tiba-tiba meninggalkan forum “komisi luar ruangan” dan bergabung di dalam ruangan.
Dia langsung berdiri di dekat saya. Ternyata ada masalah dengan teman yang satu ini. Dia sudah berkali-kali dikontak untuk dimintai menulis kenangan tentang mendiang Mappinawang S.H., tokoh pendekar hukum Sulawesi Selatan yang meninggal dunia 28 Januari 2025 saat berada di Malino.
Namun, teman yang mengoordinasi naskah kenangan tersebut mengakui tiga kali menghubungi pria berdarah Selayar ini selama Ramadan, namun mungkin karena masih konsen dengan ibadah hingga tidak memberi kabar.
Posisi Asmin dipandang layak memberikan kesan itu karena genealogis-geografis dengan Mappi, panggilan mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan tersebut. Sama-sama berasal dari Tana Doang (Selayar).
Saya pun mencoba menawarkan diri untuk menyediakan diri menulis kesan Asmin. Namun di tengah kesediaan itu, saya kemudian mengetahui kalau penerimaan naskah sudah ditutup sejak menjelang Lebaran. Masalahnya, waktunya sangat mendesak. Buku itu diharapkan bisa terbit pada tanggal 8 Mei 2025, bertepatan dengan haul 100 hari kepergian Mappi.
Padahal, 25 porsi buat teman-teman organisasi nonpemerintah (Ornop), tempat Asmin pernah berkiprah sama dengan almarhum, sekitar 10 orang menyebut nama Asmin. Sayang, buku sedang menjalani proses cetak di Yogyakarta, sehingga rada sulit jika ada naskah yang baru masuk.
Namun, Armin Mustamin Toputiri – yang mengoordinasikan naskah-nakah itu — berjanji, pada saat peluncuran buku yang kabarnya mencapai ketebalan 500 halaman tersebut, Asmin bakal tak dilupakan sebagai salah seorang yang diundang.
Makanya, meskipun komentar Asmin tidak sempat bergabung dalam buku haul 100 Mappi, saya pun merekamnya secara singkat di dalam catatan ini sebagai bagian dari tulisan pertama, Kepo (1).
Ketika Asmin menjadi Koordinator Forum Informasi dan Komunikasi (FIK) Ornop, Mappi menjabat sebagai Badan Musyawarah (Bamus) FIK bertepatan dengan masa jabatannya sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Sulsel.
“Suatu saat kami diundang oleh United States Agency for International Development (USAID) – Lembaga bantuan Pembangunan internasional Pemerintah Amerika Serikat yang membantu negara-negara yang perlu dibantu – ke Filipina untuk belajar tentang hubungan militer dengan sipil,” cerita Asmin.
Di negara tetangga utara Indonesia itu, Asmin dan almarhum beserta rombongannya mengunjungi dua kota, Manila dan Rohas City. Armin dan Mappi menginap pada satu kamar.
“ Yang berkesan bagi saya, tidak sekali pun beliau meninggalkan salat fardu.. Salat duha dan tahajjud,” imbuh Asmin tentang lawatan 10 hari itunya, usai peluncuran buku Fiam Mustamin berjudul “Misteri Jalan Setapak dan Menanjak” di Roemah Masagena Jl.Pengayoman 34 Makassr, Selasa (15/4/2025) siang.