KORUPSI DI BUMI MAYA

Karya: Pulo Lasman Simanjuntak

korupsi merajarela di bumi maya
tetapi aku melihat di dunia nyata : Indonesia raya !
meratap di tembok penjara
membongkar kepelesiran
dengan busana kematian

dari benua nusantara terpecah belah
kulihat sang nyonya memakai tas merek hermes
seharga enam ratus juta rupiah
sedangkan tuanku berseliweran di jalan raya
dengan mobil terbang seharga seratus miliar rupiah

sementara aku hanya membawa tas lap top sungguh memalukan
sudah terjual menyebalkan
di toko kelontong pinggir jalan
untuk membeli sekarung beras dan makanan vegetarian

mobilku sendiri bermesin diesel tua
kadangkala cemas
berseliweran di jalan tol dalam kota
yang aspalnya berlobang
terkikis korupsi berlapis kue pukis

korupsi di bumi maya
tetapi aku melihat di dunia nyata
tadi malam kembali menyaksikan
sang nyonya berwajah permaisuri atalya
berpose di kabin pesawat jet mewah

persis ketika aku wawancara
ratu imelda marcos sedang memamerkan ribuan sepatu sinterklas
terbuat dari lapisan emas
tak berkarat dimakan ngengat

korupsi di bumi maya
tetapi aku melihat di dunia nyata
tuanku makin rakus menelan arloji berhala
sungguh korupsinya makin menggila
dimakan lahap empat puluh enam rekening
senilai lima ratus lima puluh miliar rupiah
yang tersumbat di saluran air kotor
berbau paling busuk

BACA JUGA:  Jejak di Ujung Syawal ( Balada Halal Bi Halal)

bahkan ditemukan lagi tiga puluh tujuh miliar rupiah
disembunyikan malu-malu dalam safe depisot box bank milik negara
tanpa mengenakan kacamata berlian merah

korupsi di bumi maya
tetapi aku melihat di dunia nyata
pesta pora sodom gomora
suap menyuap
sogok menyogok
menari-nari satu irama
jelang penutupan sejarah dunia

Jakarta, 2023/2024

KORUPSI DI MEJA BAAL

aku melihat kesedihan
ratusan wajah ketamakan
dipersembahkan di mezbah baal
dibakar mata uang triliunan rupiah

padahal kemiskinan dan kelaparan terus
berhamburan di pinggir jalan
persis orang-orang yang tak
setia membayar pajak tahunan

sambil menari-nari liar
masih di mezbah baal
disantap sembilan naga
penguasa dan pengusaha
rakus menghisap darah segar

aset kemewahan dan kepelesiran
dipamerkan
untuk anak-anak generasi mendatang
tak kunjung
berpantangan
suguhan makanan haram

aku juga melihat kecemasan
ribuan wajah putus asa
dililit kenaikan harga pangan
diikat utang piutang
bunga bank berkilauan
masa depan hanya ada
di pintu gua kematian

sampai kapan korupsi di meja baal akan berhenti ?
tanya puisiku yang membentur
kaki para kapitalis
tangan para oligarki

BACA JUGA:  Kedai Sahabat Kasumba, Bukan Sekadar Tempat Ngopi

entahlah,
aku ingin terus menyelesaikan puisi biadab ini
sampai semua dapat diselesaikan
tanpa sogokan
di pengadilan akhir zaman