Pertemanan, Desain, dan Percetakan yang Berkembang

Oleh: Nasrul (Pekerja Buku dan anggota SATUPENA Sulawesi Selatan)

NusantaraInsight, Makassar — Seorang perempuan menelepon mengundang saya menghadiri pernikahan anaknya. Ia mendahului dengan meminta maaf, lantaran undangan untuk saya –yang dititipkan di ponakannya– hilang di rumah sang ponakan. Saya berjanji akan datang sebab suaminya adalah teman saya.

Mas Uwo, nama teman saya itu. Ia banyak membantu kalau ada urusan cetakan yang mustahil dilakukan percetakan lain. Juga kalau ada buku yang mau disusun lembarannya. Ia punya pegawai yang bisa menyelesaikan semua itu.

Saya mengenal Mas Uwo ketika masih di Advice Pro. Ia yang mengurus cetakan tabloid Star City dan cetakan yang ada di kantor itu.

Di kantor yang kami tempati itu, ada 4 ruangan. Di depan ada Ipan, menangani usaha desain grafis dan printing, di sebelahnya ada Md Akbar dengan Elegan Fotografinya, lalu ada Advice Pro punyanya Kak Akbar –kami akrab memanggilnya Kak Ompe– yang memiliki usaha pameran, dan di bagian belakang ada Slemmers Project, yang meng-handle event, khususnya event dari Star Mild.

BACA JUGA:  SEMESTA ADA DALAM DIRIMU

Tabloid Star City disponsori oleh Star Mild. Meski demikian, konten ditentukan oleh teman-teman yang ada di Advice. Di sana ada Daeng Ical dan Mas Leo, mantan mahasiswa Kak Akbar di Komunikasi Unhas. Dua orang ini adalah andalan kak Ompe dalam menjalankan usahanya.

Saya diajak bergabung di sana oleh Ipan karena menulis tentang Makassar di media Mal Ratu Indah, “Mari ke MaRI”. Selain itu, kak Ompe sudah mengenal saya. Beliau adalah dosen komunikasi saya waktu kuliah dulu. Dari Ipan saya mengenal Udi, desainer grafis yang banyak mengerjakan cover album Padi. Udi pulalah yang mendesain logo grup band Padi.

Mas Uwo akrab dengan semua anak-anak yang ada di Advice, sampai sekarang.

***

Di gedung perkawinan yang berlokasi di Hall Pascasarjana UNM, ternyata banyak pengusaha percetakan seangkatan Mas Uwo. Meski usia di atas 60 tahun tampak mereka masih gesit. Hadir pula pemilik usaha pembuatan plat cetakan. Mas Uwo pernah cerita kalau ia pernah bekerja di perusahaan plat yang berada di Jl Veteran, Makassar. Walau sudah berusia 70 tahun mantan bos ini hadir bersama anaknya.

BACA JUGA:  Agus K Saputra Padukan Lukisan, Foto, dan Puisi dalam Buku "Pertemuan Kecil"

***

Waktu 20 tahun berlalu. Yang tua masih konsisten dengan mesin konvensional sementara yang muda mulai akrab dengan mesin digital yang nyaris tak berlumur tinta.

Hal yang tak berubah itu pertemanan. Udi, yang kini banyak mendesain untuk rumah sakit, tetap menghubungi Mas Uwo kalau ada cetakan rumah sakit yang mau dicetak.

Teman saya, Ipan, beralih usaha dari digital printing menjadi Etika Studio, sebuah cafe dan work space. Saat usaha digital printing Bumi Bulat Bundar bubar, Ipan memberikan mesin potong kertasnya yang berukuran besar ke Mas Uwo. Ipan yakin mesin itu akan awet di tangan Mas Uwo.