NusantaraInsight, Makassar — Pasca serangan Kedutaan Besar Iran di Damaskus Suriah pada 1 April 2024 menewaskan sejumlah pejabat tinggi militer Iran, memicu kemarahan negeri para Mullah (Iran).
Puncaknya, pada Sabtu, 13 April 2024, Iran melakukan serangan ke wilayah Israel dengan ratusan rudal dan drone bunuh diri.
Dengan bantuan sekutu Israel yaitu Amerika Serikat dan Perancis, negeri zionis itu mengklaim dapat merontokkan 99 persen serangan Iran dan hanya sebagian kecil saja kerusakan di kantong militer mereka yang mengalami kerusakan.
Diperkirakan pekan ini, krisis geopolitik akan semakin membara di Timur Tengah, seiring dengan serangan Iran terhadap Israel. Para ekonom mengkhawatirkan situasi ini akan mengancam pemulihan perekonomian global, termasuk Indonesia.
Jika perang Iran dan Israel berlarut-larut atau bahkan semakin meluas dengan keterlibatan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis sebagai sekutu Israel dapat berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Dilansir dari Bisnis.com, prediksi para ekonom jika konflik berlarut-larut, yaitu:
1. Komoditas Minyak Mentah Mendidih
Harga minyak mentah Brent naik 71 sen menjadi $90,45 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 64 sen menjadi $85,66 per barel.
Sebagai informasi, harga minyak WTI sudah naik 20% secara year to date seiring dengan pemulihan ekonomi AS yang tertatih-tatih dan krisis geopolitik yang terus memanas dan bahkan meluas di Timur Tengah.
Kenaikan komoditas energi juga mendorong saham-saham sektor energi dalam Indeks S&P 500 melonjak 17% sepanjang 2024 dan menjadikannya sebagai indeks dengan kinerja paling cemerlang dalam sebulan terakhir.
Di Indonesia, saham emiten-emiten sektor energi pun diprediksi ikut terangkat pada pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (16/4/2024) setelah libur panjang Ramadan.
Meski demikian, kenaikan harga minyak mentah ini punya dampak berantai berikutnya, yaitu inflasi global, yang mau tidak mau bisa berdampak ke Tanah Air.
2. Ancaman Tekanan Inflasi
Kenaikan harga komoditas minyak mentah dapat berimbas pada kenaikan inflasi. Ekonomi AS sendiri bahkan hampir jatuh dalam jurang resesi akibat inflasi.
Sebagai informasi, laju inflasi di AS pada Maret 2024 tercatat 3,5%, naik dari periode Februari sebesar 3,2% secara year on year. Adapun, pada Januari 2024, inflasi AS tercatat 3,1%. Sementara itu, tingkat pengangguran di AS pada Maret tercatat 3,8%, dari Februari sebesar 3,9% dan Januari 3,7%.
Sebagai catatan, inflasi di AS mulai mendingin, dari 7% pada 2021 menjadi 6,5% pada 2022 dan kemudian turun lagi menjadi 3,4% pada 2023. Namun, jika merujuk pada data inflasi AS sepanjang 2013—2020 yang berkisar 0,7% hingga 2,3%, tentu saja inflasi 2023 belum cukup ideal.
Persoalannya adalah inflasi di AS sepanjang 2024 terus memanas dan belum mereda seperti yang diharapkan. Inflasi AS, terutama dipicu oleh kenaikan komoditas energi akibat krisis geopolitik Rusia-Ukrainia.
Tak heran jika Gubernur The Fed Jerome Powell, dalam pidatonya usai rapat FOMC, masih mempertahankan suku bunga. Federal Reserve (The Fed) tercatat mempertahankan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25%—5,5%, yang bertahan sejak Juli 2023.
Powell memang sempat memberikan sinyal positif berupa ruang penurunan suku bunga pada akhir 2024. Namun, krisis Iran-Israel ini tentu dikhawatirkan dapat kembali menutup ruang penurunan suku bunga. Akibatnya, rezim suku bunga tinggi terancam bertengger lebih lama dari ekspektasi sebelumnya.
Berlarut-larutnya rezim suku bunga tinggi di AS tentu memberikan efek berantai ke perekonomian dunia dan tentu saja Indonesia.
3. Suku Bunga Tinggi Berkepanjangan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Maret 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Suku bunga BI Rate tersebut tidak berubah sejak Oktober 2023.
Keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Kebijakan otoritas moneter RI tersebut sejalan dengan kebijakan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) pada kisaran 5,25%—5,5%, yang bertahan sejak Juli 2023.
Apabila krisis Iran-Israel ini berkepanjangan, maka harapan atas penurunan suku bunga BI Rate dapat tersandera karena The Fed ternyata tidak kunjung menurunkan suku bunga.
4. Pelemahan Rupiah
Rupiah sempat turun hingga menembus Rp16.000 per dolar AS pada pekan ini. Menguatnya mata uang Paman Sam terjadi di tengah serangan Iran atas Israel.
Berdasarkan data Google Finance, rupiah bercokol di level Rp16.117 per dolar AS, Sabtu (13/4/2024).
Rupiah pertama kali menyentuh level Rp16.000 pada perdagangan Rabu (10/4/2024). Pada awal pekan Lebaran, yakni Senin (8/4/2024), rupiah masih berada di level Rp15.913 per dolar AS.
Mengacu data Bloomberg pada perdagangan terakhir jelang libur Lebaran, yakni Jumat (5/4/2024), rupiah ditutup menguat 44 poin atau 0,28% ke Rp15.848.
Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,11% ke level 104,010. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, di tengah liburnya perdagangan domestik, rupiah secara internasional memang melemah hingga mencapai level Rp16.000 per dolar AS.
Ia pun memproyeksikan nilai tukar rupiah itu bertahan hingga dibuka kembali perdagangan domestik pada pekan depan, Selasa (16/4/2024).
“Kemungkinan besar nanti dibuka bisa langsung ke Rp16.000 karena fluktuasi di libur panjang ini cukup tinggi,” kata Ibrahim Jumat (12/4/2024).
Ibrahim menyebutkan, terdapat sentimen yang memengaruhi lesunya rupiah. Sentimen misalnya datang dari global saat tren dolar AS yang merangkak naik karena kondisi geopolitik serta data ekonomi AS yang jauh dari perkiraan ekonom. Selain itu, pasar keuangan saat ini sedang mengantisipasi bahwa The Fed akan menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang.
Sebab, pasar global dikejutkan oleh data inflasi Maret di AS, di mana consumer price index (CPI) AS meningkat lebih dari perkiraan konsensus.
Kondisi itu akibat masyarakat di Negeri Paman Sam terus membayar lebih untuk biaya bahan bakar dan sewa perumahan.
Sementara, Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 US$140,4 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Adapun, posisi cadangan devisa pada Januari dan Februari 2024, masing-masing tercatat sebesar US$145,1 miliar dan us$144,0 miliar.
Pelemahan rupiah akibat penguatan dolar AS membuat sederet emiten di pasar modal diuntungkan, dan sebaliknya beberapa lainnya tertekan. Bisnis mencatat, terdapat beberapa emiten di pasar modal yang dapat mencatatkan keuntungan dari pelemahan rupiah ini.
Emiten-emiten tersebut seperti emiten di sektor batu bara, minyak dan gas, dan emiten-emiten yang melakukan ekspor dan mencatatkan penjualan dalam dolar AS.
Sementara itu, emiten-emiten yang dirugikan saat pelemahan rupiah ini adalah emiten-emiten yang melakukan impor terhadap bahan bakunya.
5. Potensi Pelemahan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali dibuka pada Selasa (16/4/2024) setelah libur selama sepekan ini.
Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens dalam risetnya memperkirakan IHSG akan bergerak mendatar pada April 2024 ini, dengan kecendrungan melemah.
Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan pergerakan tersebut.
Pertama adalah inflasi yang masih tinggi, lalu resesi di beberapa negara, dan pelemahan nilai rupiah setelah outflow pada beberapa pekan terakhir. Di sisi lain, kata dia, pelaku pasar mencermati keputusan The Fed yang menjaga suku bunga di level 5,25%-5,5% pada pertemuan Maret 2024. Selain itu, The Fed juga menegaskan pemangkasan suku bunga sebanyak 3 kali pada 2024.
Investor juga masih akan mencermati pergerakan harga minyak setelah Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lainnya menyatakan akan memperpanjang pemangkasan produksi secara sukarela hingga kuartal II/2024.
Selain itu, konflik Iran-Israel yang mencapai eskalasi baru dapat menjadi potensi ancaman bagi penguatan IHSG karena rentan terseret penurunan bursa Wall Street akibat krisis geopolitik di Timur Tengah.
Bloomberg melaporkan bursa saham akan menghadapi pekan baru dengan kekhawatiran tentang geopolitik, di mana banyak yang bergantung pada apakah serangan akhir pekan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Iran terhadap Israel itu akan memicu balasan dari Israel.
Padahal, para investor sudah terguncang oleh inflasi yang sulit diatasi dan prospek suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Kini eskalasi krisis di Timur Tengah kemungkinan akan menyebabkan volatilitas baru saat perdagangan kembali dibuka pada pekan ini.
Laporan Bloomberg menyebutkan ketika Hamas menyerang Israel pada Oktober, ketakutan terbesar pasar adalah Iran pada akhirnya akan terlibat dalam pertempuran tersebut.
Sekarang, ketika konflik semakin meluas, banyak yang memprediksi harga minyak bisa melebihi US$100 per barel hingga penurunan di pasar saham.
“Reaksi alami investor adalah mencari aset aman dalam momen seperti ini. Reaksi akan agak tergantung pada respons Israel,” kata Patrick Armstrong, chief investment officer di Plurimi Wealth LLP.
Pekan ini, berita-berita konflik di Timur Tengah akan tetapi menjadi headline yang akan mengisi halaman depan NusantaraInsight.com.
Tentu harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri akan tetap jadi sorotan tambahan ditambah lagi nilai rupiah yang diperkirakan mengalami pelemahan akibat konflik di Timur Tengah.
Berita dari regional Sulawesi Selatan tentu masih menyoroti terkait kedisplinan pegawai pasca libur lebaran. Di mana para kepala daerah akan terus melakukan inspeksi mendadak ke OPD dan instansi pelayanan lainnya.
Dari dunia olahraga, menarik dinantikan kiprah Rizki Ridho dan kawan-kawan yang akan berjuang di fase grup A Piala Asia U23 2024 di Qatar.
Ujian pertama di grup A, Timnas Indonesia U23 akan melakoni debut melawan tuan rumah Timnas Qatar U23.
Sebagai pelengkap untuk mengisi halaman-halaman di NusantaraInsight.com adalah berita seputar halalbihalal sejumlah instansi pemerintahan dan juga beberapa berita dari para pesohor dunia hiburan.
Oleh: Arwan D. Awing (Pemred NusantaraInsight.com)