Sagu: Ingatan Kolektif Pulang ke Akar

Sagu
ki-ka: Maya Febrigina (pemandu), Tjak S. Parlan (penulis), Randa Anggarista (pembedah)

Catatan Agus K Sapura

NusantaraInsight, Ampenan — Tiga kesimpulan dari Perayaan Buku “Sagu Masih Jauh di Hulu”. Pertama, ucapan terimakasih penulis kepada tempat-tempat yang memberi hidup. Kedua, membaca kumpulan puisi ini menghadirkan pengalaman baru. Ketiga, menjadi ingatan kolektif untuk pulang ke Akar.

Hal tersebut disampaikan, berturut-turut, oleh Tjak S. Parlan sebagai penulis, pembedah buku Randa Anggarista dan Maya Febrigina sebagai pemandu, bertempat di WW Pool and Space Pagesangan-Mataram, Sabtu, 28juni 2025.

Lanskap Mentawai seolah-olah menjadi “hadiah besar” bagi Tjak Lan, nama pendeknya. Sepulang dari mengikuti Program Sastrawan Berkarya ke Wilayah 3 T (2019), diselenggarakan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud RI yang menghasilkan buku jurnalisme sastrawi ‘Berlabuh di Bumi Sikerei’, Tjak Lan menelurkan beberapa puisi yang antara lain menjadi jadi judul buku.

“Itu diambil dari sebuah larik dalam puisi ‘Ke Siberut Selatan’,” ucap Tjak Lan. Sebagai berikut (hal. 44):

_Sagu masih jauh di hulu, seperti rumah yang belum bisa
kautemui di kota asalmu._

BACA JUGA:  Takkan Ku Minta Hatimu Lagi

“Kiki Sulistyo menemukan larik Sagu Masih Jauh di Hulu. Ini pas sekali dengan ingatan saya. Waktu itu, bulan puasa, saya di Muara Siberut. Menjelang lebaran, kurang seminggu. Sering mendapat telpon dari Paman di Lombok yang sudah mudik ke Bayuwangi,” katanya.

Sebagaimana kita ketahui, sagu memiliki peran penting bagi masyarakat Mentawai. Beberapa yang melatarinya adalah:

• Sumber Makanan Pokok. Sagu merupakan salah satu sumber makanan pokok bagi masyarakat Mentawai. Mereka mengolah sagu menjadi berbagai makanan tradisional, seperti sagu bakar, sagu
goreng, dan lain-lain.

• Simbol Budaya. Sagu digunakan dalam upacara adat dan ritual, serta menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Mentawai.

• Perekonomian. Sagu juga memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat Mentawai. Banyak masyarakat Mentawai yang mengandalkan sagu sebagai sumber pendapatan, baik melalui penjualan sagu maupun produk olahan sagu.

• Kearifan Lokal. Masyarakat Mentawai memiliki kearifan lokal dalam mengolah dan memanfaatkan sagu. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang turun-temurun dalam mengolah sagu menjadi berbagai produk yang bermanfaat.

BACA JUGA:  Dari sebuah Desa di Kajang : Pojok Baca Pangngissengang Jadi Napas Baru Literasi

• Identitas Masyarakat. Sagu pun menjadi bagian dari identitas masyarakat Mentawai. Masyarakat Mentawai memiliki hubungan yang erat dengan sagu, dan sagu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

“Oleh karena itu, ketika saya di Mentawai, bukan saya menolak makan nasi. Karena mumpung di sana, saya selalu minta makan sagu. Di Mentawai ada dua makanan utamanya: Nasi dan Sagu,” ujar Tjak Lan.

br