Beliau ini biasanya akan menjadi pelaksana tugas (Plt), antara lain pernah sebagai Plt Bupati Bone, tahun 1982-1983.
Media era itu, Makassar Press (Mapress), Indonesia Pos, Pos Makassar (Posma), Mimbar Karya, dan Tegas, yang semula bernama Marhaen. Marhaen yang digawangi Achmad Siala, seangkatan dengan PR.
Marhaen pernah bekerjasama dengan PR, melalui surat edaran tertanggal 1 Juli 1959, yang menyatakan bahwa Marhaen menjadi koran tetap yang mengiklankan Pedoman Rakyat. Koran itu dianggap mampu bersaing dengan PR, dengan tiras mencapai 3.500 eksemplar (wikipedia.org).
Ketika pecah G30S, Marhaen tutup, karena dianggap kiri. Lalu Tegas muncul, dipimpin oleh Syamsuddin DL, pernah jadi Ketua PWI Sulsel.
Tokoh-tokoh pers era itu, antara lain Burhanuddin Amin (Indonesia Pos), A Moein MG (Makassar Press), Rahman Arge (Pos Makassar), dan MN Syam (GEMA). Kira-kira ada 20an koran yang terbit di Makassar.
Ada juga Pos Minggu Pagi, dan surat kabar Bawakaraeng, milik Ramis Parenrengi, yang sempat berganti nama menjadi Diplomat, tapi kemudian kembali dengan nama Bawakaraeng.
Belakangan muncul Harian Fajar, yang didirikan oleh Harun Rasyid Djibe, saat zamannya Gubernur Andi Oddang. Harian Fajar berkembang pesat di era HM Alwi Hamu.
Tokoh-tokoh di balik nama besar Fajar, antara lain Syamsu Nur, Andi Syafiuddin Makka, dan S. Sinansari ecip. Harian ini ditopang dengan percetakan Bakti Baru di Jalan Ahmad Yani. Harian Fajar selanjutnya pindah ke Jalan Racing Centre, sebelum menempati Graha Pena, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo. (*)